Komit Promosikan Budaya Minang
Kurir Fotografi Minang
Padang Ekspres • Sabtu, 02/03/2013 13:12 WIB • •
Komunitas
fotografi di Kota Padang cukup berkembang. Beragam komunitas yang
anggotanya dari segala umur dan latar belakang telah terbentuk dan
menggeber kegiatan untuk menyalurkan hobi kodak mengodak. Sebut saja
komunitas Kurir Fotografi Minang (Kuformin). Seperti apa aktivitasnya?
Beberapa anak
muda tengah berkumpul di Taman Melati Jalan Diponegoro, kemarin. Di
antara mereka ada membawa kamera digital, ada pula membawa lighting dan
dua perempuan berdandan berpakaian adat Minang. Sepertinya mereka
akan melakukan pemotretan dengan latar rumah gadang di kawasan Taman
Melati. Setelah prosesi pemotretan dilakukan, mereka pun berdiskusi
dan sharing terhadap hasil karya mereka. Para talent juga berdiskusi tentang kelebihan dan kekurangan dalam berpose.
“Beginilah, Bang kalau sudah berkumpul. Saling mengisi dan berbagi. Apakah itu objek fotonya, lighting maupun talent,” kata Ketua Komunitas Kurir Fotografi Minang (Korfomin), Zaki kepada Padang Ekspres, kemarin.
Komunitas ini dibentuk 5 Desember 2012. Berangkat dari kesamaan hobi fotografi dan lighting,
mereka sepakat membentuk komunitas. “Kesepakatan pun muncul
mendirikan komunitas. Berkumpullah di komunitas ini hobi foto, lighting
(pencahayaan) maupun talent. Di sinilah perbedaan komunitas fotografi kami dibanding lainnya,” ujar Zaki didampingi Sekretaris Lusia dan Bendahara Dian.
Bagi komunitas ini, tanpa lighting dan talent sebuah karya foto terasa hambar. “Fotografer tanpa lighting, sama saja tukang foto bukan fotografer,” ujar Zaki.
Saat hunting di alam maupun studio, komunitas ini selalu menggunakan lighting.
Komunitas ini turut mengangkat marwah Minang dalam dunia fotografi
nasional. Pasalnya, setiap pemotretan selalu bertemakan adat Minang.
“Apalagi semuanya berkumpul di komunitas ini, baik lighting, talent dan fotografer. Baru-baru ini kami hunting akbar bertema Etnic Minang,” ucap Zaki.
Sekretaris Kurfomin, Lisa
menambahkan, komunitas ini tidak membatasi diri, tetapi membuka diri
kepada semua orang-orang yang mempunyai minat dan ingin berbagi ilmu
fotografi. Konsep komunitas ini juga tidak terbatas pada pembuat foto
(fotografer) yang memiliki kamera, tetapi siapa saja, termasuk
penikmat karya fotografi. Tidak dibatasi dengan syarat kepemilikan
kamera, merek kamera tertentu atau minat pada genre tertentu.
“Dengan berbagi, maka ilmu tersebut menjadi tidak sia-sia dan dapat memberikan manfaat kepada banyak orang. Bagi yang berbakat lighting dan talent, silakan bergabung. Saat ini tercatat 25 anggota baik fotografer, lighting dan talent,” ujar Lisa.
Bendahara Kurfomin, Dian
mengatakan, komunitas ini memang wadah bagi para pencinta fotografi
untuk mengembangkan kemampuan dan menyalurkan hobinya. “Bahkan,
komunitas ini lebih banyak memanfaatkan pencahayaan dalam setiap
pemotretan. Jadi, kurang terasa jika tak ada lighting dan talent,” ucap Dian.
Dian menjelaskan, selain hunting dan coaching clinic,
komunitas ini juga kerap mengadakan kegiatan bersama anggota di luar
foto seperti merayakan ulang tahun anggota, jalan pagi bersama, atau
sekadar kongko-kongko berbagi informasi terbaru. Semua itu,
dimaksudkan untuk lebih mendekatkan anggota.
“Meski ada anggota yang masuk,
adakalanya dia belum mempunyai alat lengkap. Dengan membangun kedekatan
satu sama lain, sesama anggota bisa saling pinjam,” ujar Dian.
Beberapa alat yang digunakan seorang fotografer light adalah kamera, lensa dengan berbagai jenis, lighting,
kabel-kabel, dan tripod. Tripod menjadi alat paling penting, sama
halnya dengan kamera. Pasalnya, tripod akan menjadi alat tumpu pada
saat fotografer lighting mengejar objek cahaya yang dimainkan dalam
kegelapan.
“Semakin baik tripod dan
pemotretnya tepat dalam memasang, akan semakin bagus karya foto yang
dihasilkan. Oleh karena itu, tripod jadi perlu banget,” tutur Dian. (cr2)
[ Red/Administrator ]